HALLO MALANG - Desainer asal Malang, Mutiara Syariffudin, baru saja merancang busana yang unik bertemakan Tragedi Kanjuruhan. Lewat busana itu, Mutiara meraih peringkat kedua atau runner up Fashion Styling Upcycling Competition pada ajang Soerabaia Fashion Trend 2023 di Ciputra World Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 12 November 2022 lalu.
Soerabaia Fashion Trend sendiri digelar selama tiga hari sejak hari Jumat 11 November hingga Minggu 13 November 2022 lalu. Acara dengan tema Evocation yang diinisiasi oleh organisasi Indonesian Fashion Chamber (IFC) ini dihelat untuk menjadi wadah bagi para desainer muda maupun senior untuk memperkenalkan karya terbarunya.
Pada kompetisi ini, Mutiara menampilkan sebuah busana yang bertema 'Disaster, dari Malang untuk Malang'. Tema itu diambil setelah Mutiara mendapatkan inspirasi dari ratusan keranda yang diletakkan mengelilingi kawasan Alun-Alun Tugu Kota Malang usai aksi turun ke jalan Aremania pada peringatan 40 hari Tragedi Kanjuruhan, Kamis 10 November 2022 lalu.
"Tepat setelah 40 hari, itu saat Kamis (10 November 2022) saya lewat tugu melihat banyak keranda dan foto korban. Ternyata banyak juga perempuan yang jadi korban, itu menyentuh hati saya," kata Mutiara, saat dihubungi, Senin 14 November 2022.
Busana karya Mutiara ini terbuat dari berbagai bahan serta barang daur ulang. Mulai dari batik hitam pada bagian dada yang dibalut dengan kain hitam, ornamen garis polisi atau police line, foto-foto aksi turun ke jalan, hingga spanduk bernada tuntutan keadilan terhadap Tragedi Kanjuruhan di bagian belakang.
Spanduk bernada tuntutan keadilan itu yang dibalut pada bagian belakang busana ini memiliki bermacam-macam tulisan. Antara lain, 'Kemana Keadilan, yang Ada Cuci Tangan', 'Stop Anarkis', '#PrayforArema', 'Gas Air Mata vs Air Mata Ibu' serta 'Kami Diserang Jadi Korban, Tapi Disalahkan'.
Spanduk-spanduk ini merupakan milik suporter Arema FC atau Aremania yang dipasang di beberapa sudut jalan di Kota Malang. Mutiara mengaku mengambil spanduk-spanduk ini untuk disematkan pada busananya lantaran tulisan yang digoreskan memiliki seni tersendiri.
"Saya sempat coba pakai kain bekas di rumah, terus saya pilox tapi hasilnya jelek. Akhirnya saya ambil di jalan itu, nggak izin karena nggak tahu. Terus saya diajak zoom sama temen-temen Aremania katanya nggak apa-apa," ungkapnya.
Mutiara menerangkan, pada busananya, disematkan beberapa foto aksi turun ke jalan bertuliskan '#UsutTuntas' serta police line. Dua ornamen ini memiliki makna khusus baginya, bahwa seharusnya tugas aparat adalah mengayomi rakyat.
"Harusnya melindungi, tapi rakyatnya malah banyak korban. Mangkanya muter-muter di bagian lengan police linenya itu. Ada dua bahan, satu pakai stiker yang satunya pakai strap gitar," beber wanita yang sudah empat tahun menjadi desainer ini.
Artikel Terkait
Kedatangan Wantannas, Pengelolahan Sampah Kota Batu Dikaji
40 Hari Tragedi Kanjuruhan, Aremania Tahlil di Stadion
750 Siswa TK Ramaikan Gebyar Senam Anak Indonesia di Dau Malang
30 Karya Film Dapat Penghargaan di Festival Kominfo Batu
Sidak Pungli ke Pelayanan Publik, Kapolresta Malang Kota Temukan ini
Rehabilitasi Punden Mbah Masayu Sinta Mataram di Batu Rampung
Rakor Pengendalian Inflasi, Begini Pesan Kemendagri
Tersangka Kasus Penjualan Kulit Harimau Aceh Diancam Penjara 5 tahun
Pengguna Jalan di Batu Mengheningkan Cipta Peringati Hari Pahlawan
Komplotan Curanmor Spesialis Parkir Pinggir Sawah di Malang Dibekuk